Sharing is caring!

Advertisement

Puisi adalah gambaran hati yang dituliskan ke dalam kata-kata. Ketika seseorang menulis puisi, dia sedang menuangkan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkannya. Tema puisi juga bisa sangat beragam. Puisi bisa berbicara mulai dari hal-hal yang sederhana seperti kegiatan sehari-hari, hingga hal yang kompleks, seperti politik. Dalam menulis puisi, penulis baiknya juga memperhatikan unsur-unsur puisi agar puisi menjadi lebih bermakna.

unsur-unsur puisi

Pengertian, Jenis dan Unsur-Unsur Puisi

Pengertian, Jenis dan Unsur-Unsur Puisi

A. Pengertian Puisi

Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi, yaitu:

  1. Ketepatan ekspresi/mimik. Ekspresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Sedangkan mimik adalah gerak air muka.
  2. Kinesik, yaitu gerak olah tubuh.
  3. Kejelasan artikulasi, yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata.
  4. Timbre, yaitu warna bunyi suara atau (bawaan) yang dimilikinya.
  5. Dinamik artinya keras-lembut, tinggi-rendahnya suara.
  6. Intonasi atau lagu suara.

Dalam sebuah puisi, ada 3 jenis intonasi, yaitu:

  1. Tekanan dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
  2. Tekanan nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan sebagainya.
  3. Tekanan tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.

Tahukah kamu?

jenis jenis imbuhan

Jenis-Jenis Imbuhan: Prefiks, Infiks, Sufiks, dan Asing

B. Unsur-Unsur Puisi

Puisi memiliki dua unsur yang berdasar pada fisik dan batin puisi. Pemenuhan setiap unsur puisi akan membuat puisi tersebut menjadi lebih kuat dan bermakna.

1. Struktur fisik puisi

Struktur fisik puisi terdiri atas:

  1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan baris, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secara cermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi Rakyat tanya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
  3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
  4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya, kata konkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Adapun kata konkret “rawa-rawa” dapat tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
  5. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
  6. Rima/irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.

2. Struktur batin puisi

Struktur batin puisi terdiri atas:

Advertisement

  1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa.
  2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
  3. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
  4. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa penyair dan menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerjasama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
  5. Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Tahukah kamu?

C. Jenis-Jenis Puisi

1. Puisi lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan sebagai berikut:

  1. Jumlah kata dalam 1 baris
  2. Jumlah baris dalam satu bait
  3. Persajakan atau rima
  4. Banyak suku kata tiap baris
  5. Irama

Ciri-ciri puisi lama sebagai berikut:

  • Merupakan puisi rakyat yang tidak dikenal nama pengarangnya.
  • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

2. Puisi baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri puisi baru sebagai berikut:

  • Bentuknya rapi dan simetris.
  • Mempunyai persediaan akhir (yang teratur).
  • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
  • Sebagian besar puisi empat seuntai.
  • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (ketentuan sintaksis).
  • Tiap baterainya terdiri atas 2 kata (sebagian besar) : 4 sampai 5 suku kata.

Jadi, sekarang kalian sudah tahu kan apa itu puisi, jenisnya dan juga unsur-unsur puisi.

Main gim yuk!

kata baku dan tidak baku

Permainan Kata Baku dan Tidak Baku

D. Contoh Puisi Indonesia Populer

Indonesia memiliki banyak sekali penyair yang berbakat. Puisi mereka begitu populer karena sudah menginspirasi banyak orang. Berikut adalah beberapa contoh puisi pendek yang populer:

1. Aku Ingin – Sapardi Djoko Damono

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

2. Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu – Widji Thukul

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu

3. Aku – Chairil Anwar

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Sumber gambar: freepik.com

Advertisement

Sharing is caring!