Sharing is caring!

Advertisement

kecemasan pada anak

Gambar: freepik.com

Apabila orang tua tahu cara mengenali kecemasan pada anak, maka mereka bisa mengajari anak cara untuk menyalurkan emosi dengan tepat. Khususnya ketika anak-anak sedang merasa cemas dan takut. Dengan mengenali tanda-tanda kecemasan pada anak, penyebabnya, dan mengajarkan kemampuan menyalurkan emosi dengan benar, orang tua bisa membantu anak-anak membangun masa kecil yang menyenangkan secara mental dan emosi.

Bagaimana membantu anak mengatasi ketakutan dan kecemasan pada anak?

Anak-anak mempunyai cara yang berbeda dalam menyalurkan kecemasan dan ketakutan dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk bisa mengenali tanda-tanda dan di usia berapa ketakutan dan kecemasan pada anak tersebut muncul.

Ketika anak-anak mau terbuka untuk memberitahu orang tua tentang apa yang membuat mereka cemas maka tugas orang tua adalah mendengarkan dan membantu mengatasi kecemasan pada anak.

Orang dewasa umumnya mempunyai cara yang tepat untuk mengatasi kecemasannya berdasarkan pengalaman hidupnya (walaupun ada juga orang dewasa yang tidak bisa).  Sedangkan anak-anak umumnya tidak sadar kalau mereka sedang mengalami kecemasan.

Situasi seperti ini adalah situasi yang menakutkan bagi anak-anak. Jika orang tua mengacuhkan hal-hal seperti ini maka mereka akan kehilangan kesempatan emas untuk mengajari anak-anak bagaimana mengatasi kecemasan sedang dirasakan. Sayangnya, kebanyakan orang tua tidak mengenali bentuk emosi anak-anaknya. Mereka hanya berpikir jika anak-anaknya mengalami tantrum atau marah. Padahal itu hanyalah satu-satunya cara yang mereka tahu untuk mengekspresikan kecemasan atau ketakutan yang sedang dirasakan.

Mengapa orang tua harus peduli dengan kecemasan pada anak?

Sejak bayi sampai remaja, anak-anak akan mengalami berbagai cara untuk mengekspresikan emosi mereka. Sebagai orang tua, sudah menjadi tugas kita membantu mereka mengenali perasaan dan cara mengatasinya.

Pemahaman dan kesabaran orang tua sangat dibutuhkan ketika anak-anak sedang merasa cemas dan takut. Ketika orang tua bisa membantu anak mengatasi kecemasan dan ketakutannya, masa kanak-kanaknya akan terasa lebih menyenangkan. Keuntungan lainnya adalah anak-anak akan mempunyai kedekatan dan hubungan yang lebih erat dengan orang tua karena mereka merasa dipahami dan mendapat dukungan.

Hal lain yang perlu orang tua perhatikan terkait dengan kesehatan mental anak adalah teknologi. Banyak penelitian menyebutkan tentang dampak negatif teknologi dan media sosial yang bisa terjadi pada anak.  Oleh karena itu, orang tua harus mengawasi penggunaan media sosial dan teknologi pada anak. Bila perlu, lakukan pembatasan tentang apa saja yang boleh diakses dan berapa lama anak boleh mengakses media sosial mereka.

BACA JUGA: 7 Cara Efektif Mengajar Anak Membaca

Penyebab dan tanda kecemasan pada anak

Berikut adalah daftar untuk meningkatkan pemahaman bagaimana kecemasan bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak dan apa yang bisa orang tua lakukan untuk membantu anak.

Kecemasan pada anak umur 0-3 tahun

Bayi biasanya menangis karena lapar, mengantuk, mengompol, dan sebagainya. Namun, banyak yang belum mengerti jika bayi juga takut orang tuanya tidak kembali ketika mereka meninggalkannya sendiri di sebuah ruangan. Hal ini terjadi karena bayi belum mengerti dan punya pengetahuan tentang itu. Jadi sangat wajar jika bayi menangis ketika orang tua pergi sebentar, walau hanya untuk ke toilet misalnya.

Sebagai orang tua, sudah sewajarnya kita mengetahui tanda-tanda dan memahami cara untuk menenangkan bayi, yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan mereka dan membuat mereka merasa seaman dan senyaman mungkin.

Ketika bayi tumbuh menjadi batita, kecemasan mereka akan berganti karena mereka sudah mulai mengerti banyak hal. Mereka juga sudah mulai mengerti jika orang tua sudah mulai mendengarkan mereka. Bagi sebagian anak, ini bisa menjadi waktu di mana mereka menunjukkan sikap kesalnya sebagai ekspresi atas ketakutan atau kecemasan yang mereka rasakan.

Sebenarnya ini adalah hal yang normal bagi anak, jadi orang tua tidak perlu ikut marah. Bisa dikatakan jika inilah masa di mana anak-anak tidak bisa mengomunikasikan rasa putus asa atau kecemasan mereka lewat ucapan. Jadi mereka menunjukkannya dengan berperilaku jengkel dan marah.

Apa yang bisa orang tua lakukan untuk membantu mengatasi kecemasan pada anak?

Hal pertama yang bisa orang tua lakukan adalah memberikan penjelasan tentang risiko yang akan diterima sebelum hal tersebut terjadi. Khususnya tentang hal-hal yang tidak disukai anak. Dengan begitu, anak-anak akan lebih mengerti tentang situasi yang sedang dihadapi. Pada akhirnya kecemasan mereka akan berkurang.

Ketika kepercayaan anak terhadap orang tuanya meningkat, mereka bisa lebih mengerti satu sama lain. Sehingga anak-anak akan lebih mengerti mengapa mereka tidak selalu mendapatkan semua hal yang dia minta. Anak-anak akan menjadi lebih paham terhadap situasi yang sedang terjadi.

Orang tua juga bisa mencoba memberikan pilihan kepada anak-anak. Misalnya, anak-anak ingin minum susu, tapi mereka tidak bisa mengutarakan susu rasa apa yang mereka inginkan. Dalam situasi ini, orang tua bisa menanyakan kepada anak mereka seperti ini:

“Kamu mau susu rasa cokelat atau strawberry?”

Memberi pertanyaan seperti itu lebih baik daripada memberi perintah kepada mereka. Pertanyaan tersebut membuat mereka merasa mendapatkan pilihan, walaupun sebenarnya orang tua sedang memberikan arahan sesuai yang dia inginkan.

Setiap anak berbeda dan unik, jadi tidak ada solusi pasti yang bisa digunakan kepada semua anak untuk mengatasi kecemasan mereka. Tantrum atau perasaan jengkel dan marah pada anak adalah hal yang wajar dan bukanlah perilaku yang harus dibenahi. Sebaliknya, orang tua yang harus mencoba mengerti dan memahami perilaku tantrum anak serta melihatnya sebagai cara anak untuk berkomunikasi.

Dengan melakukan hal tersebut, anak-anak akan lebih memahami dirinya sendiri ketika mereka mengalami kecemasan dan orang tua akan menjadi pihak yang pertama kali mengerti tentang siapa mereka.

Kecemasan pada anak usia 3-5 tahun

Anak-anak usia 3 sampai 5 tahun umumnya mulai cemas dan takut pada hal-hal yang menyeramkan seperti monster di kolong tempat tidur, tempat gelap, sendirian di suatu ruangan, dan toilet.

Mereka akan mulai menyadari perasaan dan emosi mereka , tapi mereka belum mengerti bagaimana cara mengatasi ketakutan dan kecemasannya.

Cara orang tua membantu mengatasi kecemasan pada anak usia 3-5 tahun

Ini adalah masa yang krusial bagi orang tua untuk mendampingi dan menjelaskan kepada anak tentang SEMUA hal. Anak-anak ibarat seperti kertas kosong, jadi mereka akan menyerap semua hal yang dilihat dan didengarnya.

Advertisement

Di usia ini, rasa ingin tahu anak juga berkembang. Oleh karena itu, mereka akan bertanya mengenai berbagai. Sering kali pertanyaan mereka cukup unik dan bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang tua sebelumnya. Apa pun pertanyaan yang diberikan, orang tua harus memberikan jawaban dengan jujur, tapi tetap harus berhati-hati dengan detail informasi yang diberikan.

Hal terpenting adalah orang tua harus memonitor apa yang dilihat dan didengar oleh anak-anak. Orang tua harus benar-benar bisa memilah apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh anak mereka. Jika orang tua membiarkan anak-anak menonton film yang tidak sesuai dengan umur mereka, dikhawatirkan mereka akan mendapatkan mimpi buruk yang pada akhirnya membuat mereka cemas.

Untuk mengatasi kecemasan pada anak usia 3-5 tahun, orang tua bisa mengajak anak untuk mewarnai, menggambar, bermain lego, dan melakukan hal kreatif lainnya sebagai bentuk aktivitas untuk mengekspresikan perasaan mereka.

BACA JUGA: 10 Tips Tetap Semangat Belajar Selama Pandemi

Kecemasan pada anak usia 6-11 tahun

Di usia 6-11 tahun, kecemasan anak-anak bisa berubah menjadi ketakutan. Mereka tidak hanya takut berada di ruang gelap, tapi juga mulai takut tidak mendapatkan teman. Mereka juga akan mulai mengerti bahwa mereka bisa saja kehilangan orang tuanya kapan pun.

Di usia ini, anak-anak juga akan mulai belajar mandiri. Hormon mereka akan berkembang, begitu juga dengan otak. Mereka akan mulai menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka yang pada akhirnya bisa menjadi penyebab kecemasan. Pada masa ini, orang tua juga akan mulai perubahan sikap anak yang dianggap tidak sopan, yang bisa jadi disebabkan oleh kecemasan yang dialami anak.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menunjukkan sikap hormat kepada anak, walaupun sepertinya anak-anak tidak menggubrisnya. Cara paling tepat mengajari sikap hormat kepada anak adalah dengan memberi contoh.

Jadi, ketika anak-anak berada di usia belasan, mereka akan mulai sadar bahwa orang tua mereka mendengarkan apa yang mereka katakan. Sehingga akan terjalin pemahaman dan sikap hormat antara anak dengan orang tua.

Cara orang tua membantu mengatasi kecemasan pada anak usia 6-11 tahun

Cara paling tepat untuk mengatasi kecemasan pada anak-anak di usia ini adalah dengan menjadi tempat yang aman bagi mereka. Dengarkan cerita mereka dan pahami apa yang mereka rasakan, walaupun mungkin ceritanya agak aneh dan tidak masuk akal. Terlebih ketika mereka merasa gagal, tetaplah memberi mereka dukungan.

Bersikaplah lebih halus pada anak dan jangan membuat mereka berpikir bahwa mereka adalah pengganggu (walaupun sebenarnya mereka mengganggu).

Orang tua juga bisa mengajari anak untuk berlatih bernafas seperti pada meditasi, belajar untuk menerima kecemasan yang mereka rasakan, dan selanjutnya belajar untuk fokus pada hal positif. Ini adalah kesempatan emas bagi orang tua untuk mengajarkan kepada anak bagaimana cara yang tepat untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan tanpa harus merasa tertekan.

Melalui cara ini orang tua juga bisa menekankan kepada anak bahwa mereka bisa mengatasi kecemasan dan ketakutannya dengan kerja keras. Serta, tidak masalah jika mereka gagal ketika mencoba. Jangan menjadi orang tua yang mudah menghakimi anak-anak. Sebaliknya, cobalah menempatkan diri pada posisi mereka.

Hal terpenting dari semua ini adalah orang tua bisa menerima anak-anak sebagaimana mestinya dan tidak mempermasalahkan kesalahan yang mereka buat. Selain itu, tidak masalah jika anak-anak tidak sempurna atau tidak mendapat mendapat nilai yang bagus dalam semua hal. Lagipula, hal yang utama dalam hubungan orang tua anak adalah selalu ada ketika anak-anak membutuhkan.

BACA JUGA: Memanusiakan Manusia

Kecemasan pada anak di usia 12-19 tahun

Pada usia remaja, kecemasan mereka akan berkembang lagi pada hal-hal seputar nilai ujian, penampilan, dan juga cinta monyet. Anak-anak di usia ini juga akan mencari cara bagaimana membuat orang tua bangga pada mereka daripada belajar untuk memberi batasan dan mengenali kemampuan mereka.

Salah satu penyebabnya adalah budaya atau tuntutan dari orang tua. Banyak orang tua merasa bahwa anak-anak yang berbakti adalah yang bisa menuruti apa pun perintah orang tua.

Alhasil, anak remaja mendapatkan tekanan tidak hanya dari pertemanan dan guru di sekolah, tapi juga dari orang tua di rumah.

Media sosial juga menjadi penyebab anak-anak menderita kecemasan. Maraknya kasus perundungan (bullying) yang terjadi di sekolah dan di internet (cyberbullying) membuat kecemasan yang mereka rasakan semakin membesar.

Mereka bisa dengan mudah membuat sebuah dunia dan karakter lain lewat akun media sosial. Banyaknya jumlah suka, komentar, dan penonton pada konten yang mereka buat lambat laun akan mempengaruhi perilaku anak dan bagaimana mereka memandang dirinya sendiri. Selanjutnya, mereka mungkin akan mulai merasa cemas dengan siapa saja teman yang suka memberi tanda suka, komentar, atau menonton konten mereka.

JIka banyak orang tidak menyukai foto atau video mereka, mereka mungkin akan mulai berfikir bahwa ada yang salah dengan dirinya. Lalu, mereka akan mulai berfikir untuk memberikan beberapa perubahan seperti membuat kulit menjadi lebih bersinar, lebih putih, mata lebih besar, dan masih banyak lagi. Perilaku seperti ini tentu saja akan memberikan dampak pada kesehatan mental anak.

mengenali kecemasan pada anak berdasarkan usia

Bagaimana mengatasi kecemasan pada anak remaja?

Cara pertama yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan tidak membebani anak untuk selalu tampil sempurna dalam segala hal. Dengan begitu anak-anak akan mulai merasa nyaman dan terbuka kepada orang tua. Ajari juga mereka untuk mengerti bahwa mereka tidak bisa membuat semua orang bahagia.

Ajak anak-anak untuk mulai mengenali batasan pada diri mereka. Selain itu, selalu dukung mereka agar tidak cepat menyerah terhadap kegagalan. Anak-anak juga senang mendengar pujian dan ucapan bangga dari orang tua mereka. Oleh karena itu, pujilah sesering mungkin meskipun apa yang dibuat atau dilakukan anak kadang membuat orang tua mengernyitkan dahi. Anak-anak tetap perlu mendapatkan pujian walaupun mereka sudah lulus sekolah. Tujuannya agar kepercayaan diri mereka meningkat.

Lagipula, siapa sih yang tidak senang mendengar pujian? Bahkan orang dewasa pun senang sekali bila dipuji.

Pada dasarnya, mengasuh anak adalah tentang membaca berbagai tanda dari anak-anak setiap harinya. Ketika orang tua bisa menjadi pengamat dan pendukung anak-anak, bukan pengatur atau pengekang, anak-anak akan merasa nyaman untuk menjadi dirinya sendiri, bahkan lebih baik.

Kesimpulan

Banyak orang tua kadang keliru melihat kecemasan pada anak yang kadang disebabkan oleh banyaknya persoalan yang sedang orang tua hadapi. Namun, hubungan orang tua dan anak adalah tentang belajar mengenali emosi dan perasaan, entah itu emosi positif atau negatif. Ketika orang tua bisa memahami perasaan anak beserta penyebabnya, orang tua bisa lebih mudah menyiapkan diri untuk mendukung secara mental dan emosional. Pada akhirnya, anak bisa belajar mengatasi kecemasan yang mereka rasakan.

Advertisement

Sharing is caring!