Sharing is caring!

Advertisement

Di artikel ini, kali ini kita akan belajar tentang pengertian interaksi sosial, syarat, dan bentuk-bentuk interaksi sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat. Manusia memiliki kebutuhan, baik spiritual dan material yang harus dipenuhi selama hidupnya. Kebutuhan tersebut bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia sejak lahir.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam proses pemenuhan kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan antara perorangan maupun kelompok atau interaksi sosial.

Interaksi Sosial

Interaksi Sosial: Pengertian, Syarat, dan Bentuk (Sumber: Photo by Robert Bye on Unsplash)

Pengertian Interaksi Sosial

Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial? Interaksi sosial adalah hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia.

Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus dilakukan secara timbal balik oleh kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika yang satu bertanya maka dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia yang lain, baik secara individu maupun dengan kelompok.

Mengapa manusia harus menjalin interaksi sosial dengan orang lain?

Manusia menjalin interaksi sosial orang lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan), kebutuhan dan ketertiban, kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan, kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang.

Agar tercipta kerukunan dalam interaksi sosial sehari-hari sebaiknya kita harus saling menghormati antara satu sama lain.

Syarat-Syarat Interaksi Sosial

Syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak dan komunikasi.

Tanpa adanya kedua syarat itu, interaksi sosial tidak akan terjadi. Melalui kontak dan komunikasi seseorang akan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain, atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain.

Kontak sosial ini dapat berarti hubungan masing-masing pihak tidak hanya secara langsung bersentuhan secara fisik, tetapi bisa juga tanpa hubungan secara fisik. Walaupun tidak kontak secara fisik, tapi kita tetap bisa berkomunikasi. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang yang membuat kita harus menjaga jarak. Misalnya, kita melakukan kontak lewat media sosial, telepon, WhatsApp, surat elektronik, and lain sebagainya.

4 Faktor Berlangsungya Proses Interaksi Sosial

Berikut adalah faktor-faktor berlangsungnya suatu proses interaksi sosial:

  1. Faktor imitasi: proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Contohnya, seorang anak perempuan bermain masak-masakan karena melihat ibunya pada saat memasak di dapur.
  2. Faktor sugesti: pengaruh yang dapat menggerakkan hati orang. Contohnya, seorang pasien yang akan berobat ke seorang dokter, pasien tersebut akan cepat mengalami penyembuhan salah satunya disebabkan adanya rasa sugesti pada dokter tersebut.
  3. Faktor identifikasi: kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Contohnya, seorang anak yang mengidolakan pemain bola, sehingga semua tingkah laku idolanya akan dilakukan.
  4. Faktor simpati: kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain. Contohnya, pada saat ada tetangga kita yang tertimpa musibah, maka kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya.

Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Tidak semua tindakan manusia merupakan interaksi sosial. Tindakan yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai interaksi sosial?

Berikut adalah ciri-ciri agar suatu tindakan manusia bisa dikatakan sebagai interaksi sosial:

  1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.
  2. Berlangsung secara timbal-balik.
  3. Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati.
  4. Adanya suatu tujuan tertentu.

Aturan-Aturan dalam Interaksi sosial

Di dalam masyarakat terdapat berbagai aturan yang mengatur perilaku manusia dalam berinteraksi. Aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia pada saat mereka berinteraksi ? Ada tiga jenis aturan, yaitu:

Advertisement

  1. Aturan mengenai ruang, di mana terjadinya interaksi sosial tersebut. Misalnya, interaksi yang terjadi di rumah antara orang tua dengan anak, anak dengan anak. Interaksi di sekolah antara teman dengan teman, siswa dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan. Interaksi di masyarakat antara teman sebaya dan dengan orang yang lebih tua.
  2. Aturan mengenai waktu, aturan mengenai kapan interaksi sosial itu terjadi. Misalnya, manusia berinteraksi di waktu dulu dan sekarang.
  3. Aturan mengenai gerak dan sikap tubuh, dalam interaksi sosial orang lain membaca perilaku kita, selain kata-kata kita, karena dalam interaksi tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Dengan menggunakan gerak dan sikap tubuh seperti, memicingkan mata, mengangkat bahu, menganggukkan kepala, mengacungkan ibu jari, mengangkat bahu, dan sebagainya.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

1. Asosiatif

Bentuk interaksi asosiatif terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan interaksi sosial yang mengarah kepada kesatuan pandangan. Bentuk interaksi asosiatif ada tiga: kerja sama, akomodasi, dan asimilasi.

a. Kerja sama

Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama ini dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah gotong royong. Gotong royong pada dasarnya mencerminkan suatu interaksi sosial di masyarakat Indonesia dalam wujud kerja sama.

Dalam pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama yaitu kerukunan, bergaining, kooptasi, koalisi, dan joint venture. Contohnya : kerja sama di masyarakat sekitar, antara sesama teman bermain, teman sekolah, teman sekantor, dan sebagainya.

b. Akomodasi

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Dalam pelaksanaannya, akomodasi memiliki beberapa bentuk yaitu koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate, dan ajudikasi. Contoh akomodasi : pemaksaan terhadap kaum yang lemah, penyelesaian PHK karyawan, penyelesaian yang bersengketa melalui pihak ketiga (mediasi), toleransi kehidupan beragama (toleransi), pengadilan, dan sebagainya.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan cara-cara bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi perbedaan untuk mencapai kesatuan dalam pikiran dan tindakan. Proses asimilasi dapat dengan mudah terjadi melalui beberapa cara, antara lain dengan sikap toleransi, sikap saling menghargai orang lain dan kebudayaannya, persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, serta perkawinan campuran.

Misalnya, bakso makanan yang dibawa oleh orang Tiongkok, kemudian lama kelamaan diakui sebagai makanan orang Indonesia yang dibuat dari daging sapi, ayam, dan sebagainya.

2. Disosiatif

Bentuk interaksi sosial disosiatif terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan interaksi sosial yang mengarah pada konflik dan merenggangkan solidaritas kelompok. Bentuk interaksi sosial disosiatif ada tiga, yaitu kompetisi, kontravensi, dan pertentangan.

a. Kompetisi (persaingan)

Kompetisi adalah suatu proses individu atau kelompok yang bersaing untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya gelar juara, kesuksesan, sebuah piala, dan hadiah. Untuk mendapatkannya, seseorang harus bersaing satu dengan yang lainnya.

Di dalam persaingan ini ada dua jenis, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan kelompok. Kompetisi pribadi melibatkan satu individu dengan individu lain yang secara langsung bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Misalnya, lomba catur.

Sedangkan kompetisi kelompok merupakan persaingan yang melibatkan berbagai pihak secara berkelompok, seperti pertandingan sepak bola, basket, pertandingan voli, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaannya, persaingan ini memiliki beberapa bidang, yaitu persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, persaingan kekuasaan, dan lain sebagainya.

b. Kontravensi

Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Kontravensi ini ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang.

Contoh kontravensi bisa jumpai di dunia politik. Di mata masyarakat para politikus tampak akrab. Namun, terdapat sikap-sikap lain yang tersembunyi di antara mereka. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan (Konflik)

Pertentangan (konflik) adalah suatu proses di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Konflik terjadi jika dua pihak berusaha saling menggagalkan tujuan masing-masing. Pertentangan (konflik) disebabkan oleh antara lain perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.

Bentuk-bentuk pertentangan atau konflik yang terjadi di masyarakat seperti konflik pribadi, konflik sosial, konflik antarkelas-kelas sosial, konflik politik, dan konflik internasional. Akibat pertentangan (konflik) harta benda hancur, kebahagiaan keluarga terampas, dan banyak nyawa terenggut secara paksa.

BACA JUGA:

Advertisement

Sharing is caring!